MAKALAH TAFSIR TARBIYAH
“MAKNA KEBERADAAN ALAM (DUNIA)”
(Tafsir
Surat Al-Baqarah Ayat 29 dan Al-A’raf Ayat 54)
![](file:///C:\Users\USER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
OLEH
KELOMPOK IV
1.
Ummul
Quro (1501030407)
2.
Mar’atusshalihah (1501030415)
PROGRAM STUDI TADRIS
MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada kami sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Makna Keberadaan Alam (Dunia)”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas pembelajaran mata kuliah Tafsir Tarbiyah di UIN Mataram.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Di samping itu,
kami juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan, untuk itu
kami mohon kritik dan saran yang membangun. Sehingga, bisa melengkapi dan
menjadikan makalah ini lebih baik lagi nantinya.
Kami
mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam penulisan ini,
mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.
Mataram, 30 September
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.
Kandungan Surat Al-Baqarah Ayat 29................................................ 3
B.
Kandungan Surat Al-A’raf Ayat 54..................................................... 9
C.
Kaitan Al Baqarah: 29 dan Al A’raf: 54
dengan Pendidikan.............. 11
BAB III
PENUTUP....................................................................................... 13
A.
Kesimpulan........................................................................................... 13
B.
Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al Qur’an
menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya,
tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya
dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti
keingintahuan tentang rahasia alam semesta.
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan,
karena penciptaan alan semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta
Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya
untuk manusia dan telah menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam
ayat-ayat Nya. Meskipun demikian Al Qur’an bukan buku kosmlogi atau biologi,
sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu
yang dimaksud.
Keingintahuan manusia tentang alam semesta tidak
hanya membaca Al Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan perintah Tuhan.
Sehingga ia dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman
serta penafsiran Al Qur’an. Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa
penciptaan alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan
tetapi produk dari hasil Tuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
kandungan surat Al Baqarah ayat 29 ?
2. Bagaimana
kandungan surat Al A’raf ayat 54 ?
3. Bagaimana
kaitan surat Al Baqarah ayat 29 dan Al A’raf ayat 54 dengan pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui kandungan surat Al Baqarah ayat 29
2. Untuk
mengetahui kandungan surat Al A’raf ayat 54
3. Untuk
mengetahui kaitan surat Al Baqarah ayat 29 dan Al A’raf ayat 54 dengan
pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kandungan Surat Al Baqarah Ayat 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menuju) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit Dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu.” (QS. 2:29)
Di
dalam kitab-kitab tafsir tidak dijumpai keterangan yang menjelaskan tentang
sebab-sebab turun ayat tersebut. yang ada adalah penjelasan yang diberikan Al-Maraghi
sebagai berikut :
Allah
SWT mengarahkan ayat tersebut dan ayat sebelumnya (kaifa takfuruna billah……turja’un) kepada orang-orang fasik yang
tersebut dengan berbagai perumpamaan setelah sebelumnya mereka dijuluki sebagai
orang yang ingkar, culas karena mereka memutuskan tali perjanjian yang telah
dibuat, serta memutuskan perintah Allah yang seharusnya dipegang teguh, dan
membuat kerusakan di muka bumi. Berkenaan dengan itu, ayat ini turun dalam
rangka al-taubih (ejekan) dan al-ta’ajjub (keanehan) yang disebabkan
sifat ingkar yang ditunjukkan oleh orang-orang fasik, dengan menyebutkan
bukti-bukti yang mendorong mereka agar memiliki keimanan yang besar dan
menjauhi kekafiran. Bukti-bukti tersebut berupa kenikmatan yang tampak di jagat
raya yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang diperlihatkan dengan permulaan
penciptaan makhluk-Nya hingga berakhir, yakni menghidupkan mereka setelah
sebelumnya dalam keadaan mati, dan menyusun jenis dan rupa mereka dari berbagai
unsur yang berserakan, air mani yang tak berdaya, serta menjadikan segala apa
yang ada di bumi dengan beraneka ragam manfaat dan khasiatnya untuk meraka
nikmati, serta dengan menciptakan tujuh lapis langit yang dihiasi
bintang-bintang yang berguna untuk menerangi jalan pada kegelapan di darat dan
di lautan.
Dengan
demikian konteks ayat 29 surat Al Baqarah yang berbicara tentang penciptaan
alam tersebut adalah dalam rangka memberikan peringatan kepada orang-orang yang
fasik, yaitu mengapa mereka sampai berbuat demikian, padahal mereka diciptakana
oleh Allah dari kedaan tak berdaya (mati), kemudian hidup (di dunia), kemudian
mati lagi, dan hidup lagi (di dalam kubur) dan selanjutnya mereka dikembalikan
kepada Allag SWT. Selain itu, Allah juga menciptakan segala apa yang ada di
bumi dan di langit untuk mereka . Dengan demikian, titik tekan ayat 29 surat Al
Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan lebih
ditujukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai
karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan oleh karena itu tidak
sepantasnya manusia berbuat ingkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
fasik sebagaimana tersebut di atas.
Pemahaman
tersebut di atas dapat dipahami dari penjelasan Al Maraghi sebagai berikut
Dialah Allah yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
Potongan
ayat ini menjelaskan tentang apa yang ada di bumi untuk dimanfaatkan oleh
manusia. Pemanfaatan ini dapat dilakukan melalui salah satu dari dua jalan.
Pertama, dengan cara memanfaatkan materi yang ada di bumi untuk mendukung
kelangsungan hidup jasmaniah seperti penggunaannya sebagai bahan makanan atau
perhiasan dalam kehidupan duniawi. Kedua, dengan cara merenungkan dan mengambil
pelajaran terhadap sesuatu yang tak dapat digapai oleh tangan secara fisik yang
dengan cara demikian akan dapat mengetahui kekuasaan Allah yang menciptakannya
dan yang demikian bermanfaat sebagai santapan jiwa. Berdasarkan dua cara ini,
maka dapat diketahui bahwa pada dasarnya kepada manusia dibolehkan untuk
memanfaatkan segala ciptaan Allah yang ada di bumi ini, dan tidak ada hak bagi
makhluk untuk mengharamkan sesuatu yang dibolehkan oleh Allah tersebut, kecuali
dengan izin-Nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah sebagai berikut:
Katakanlah :
“Terangkanlah kepadaku tentan rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu
jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakankah: ”Apakah Allah
telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja
terhadap Allah?” (QS Yunus:59)
Berdasarkan
ayat tersebut, maka walaupun pada dasarnya segala yang diciptakan oleh Allah
itu halal, namun pada saat yang bersamaan terdapat pula yang diharamkan,
seperti bangkai, daging babi, darah, dan sebagainya. Dengan demikian, yang
menentukan halal atau haram itu hanyalah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa apa
yang ada di bumi ini pada hakikatnya milik Allah, dan manusia dapat
menggunakannya sesuai dengan petunjuk-Nya.
Sementara
itu, Ibnu Katsir menjelaskan potongan ayat 29 suart Al Baqarah tersebut di atas mengatakan bahwa
Allah SWT menciptakan bumi sebelum langit, dan ketika bumi diciptakan, maka
mengepullah asap, hal ini sejalan dengan ayat 11 QS. Fussilat yang artinya :
Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”, keduanya menjawab : Kami datang dengan suka hati.
Menurut
Ibnu Katsir, ayat tersebut menjelaskan bahwa bumi diciptakan sebelum langit.
Jika ayat 29 surat Al Baqarah tersebut dihubungkan dengan ayat sebelumnya,
yaitu ayat 27 maka dapat dikemukakan bahwa kandungan ayat 27 berisi penjelasan
sifat-sifat orang fasik yang memutuskan ikatan janji yang telah dibuatnya
dengan Allah serta melanggar apa yang diperintahkan Allah untuk dihubungkannya
serta membuat kerusakan di muka bumi, maka ayat 28 dan 29 berisi ejekan
sekaligus keheranan terhadap kekufuran mereka itu. Mereka tidak menyadari bahwa
mereka telah diberikan kenikmatan yang sekaligus merupakan bukti kekuasaan Tuhan,
yaitu Dialah yang menciptakan mereka hidup padahal sebelumya mati, merangkai
bentuk mereka dari unsur-unsur yang berserakan, yaitu dari air yang tak
bernilai dan hina, serta dengan menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi
agar dinikmati apa yang terdapat di dalamnya, baik yang zahir maupun batin dari
berbagai komponen yang beraneka ragam serta cara yang berbeda-beda serta
menciptakan tujuh lapis langit dan bumi dengan lampu-lampunya (berupa bulan,
matahari dan bintang) agar mereka tidak tersesat dalam kegelapan di darat dan
di lautan.
Dengan
demikian, sesungguhnya ayat 29 surat Al Baqarah tersebut berisi tentang
penciptaan langit dan bumi namun tujuannya bukan terletak pada upaya
menjelaskan proses penciptaan langit dan bumi itu sendiri, tetapi yang
terpenting adalah untuk memberikan penyadaran kepada orang-orang kafir, agar
mereka menghentikan kekafirannya, kemudian mereka tunduk dan beriman kepada
Allah , karena Dialah yang menciptakan berbagai kenikmatan yang dibutukan
mereka. Dengan kata lain adalah suatu hal tidak pantas bahkan keterlaluan
manakala manusia ingkar kepada Allah, sementara dirinya sendiri serta berbagai
kenikmatan dan fasilitas yang mendukung kelangsungan hidupnya adalah ciptaan
Allah. Sungguh perbuatan yang demikian itu tidak sepantasnya dilakukan manusia.
Dengan
kata lain ayat-ayat tersebut berisi keheranan yang tak habis-habisnya terhadap
ulah sikap orang-orang yang ingkar dan kufur, padahal Allah telah mengutus para
rasul yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka serta membuat perumpamaan
yang dapat digunakan untuk memberikan petunjuk terhadap berbagai hal yang
mereka anggap sulit untuk mencapai kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di
akhirat. Dengan kata lain bahwa penjelasan tentang penciptaan alam dan segala
yang terkandung di dalamnya bukan semata-mata ditujukan untuk menjelaskan
kekuasaan Tuhan, melainkan juga ditujukan untuk mendorong orang-orang kafir dan
orang-orang ingkar agar menginsafi kekafiran dan keingkarannya itu.
Penjelasan
tersebut sejalan dengan firman Allah dalam surat Al Mulk:1-4 yang artinya :
Maha Suci Allah yang di
tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali idak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? Kemudia
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembal kepadamudengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan pengelihatanmu itupun dalam keadaan payah. (Al
Mulk:1-4)
Al
Maragi menjelaskan ayat-ayat tersebut sebagai berikut : tabaraka …..syai’in qadir maksudnya adalah bahwa di tangan
(kekuasaan) Allah-lah kerajaan dunia dan akhirat. Dialah Allah yang mampu
memuliakan dan menghinakan seserang yang dikehendaki-Nya. Dialah yang
mengangkat dan menjatuhkan suatu kaum. Dia memiliki kekuasaan atas apa yang
dikehendaki-Nya dan tidak ada seorangpun yang menghalangi-Nya, serta tidak ada
pula yang dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya, di tangan-Nyalah anugerah
yang sempurna kepada seluruh ciptaan-Nya berdasarkan kehendak dan anugerah-Nya.
Singkatnya bahwa Allah adalah Maha Agung dari segenap ciptaan-Nya. Dengan ayat
tersebut, manusia diharapkanagar menyadari keterbatasannya, serta menerima
segala keputusan yang menimpa dirinya. Dengan cara demikian, manusia tidak akan
mengejar kekuasaan dan sebagainya dan memaksakannya, Karena segala sesuatu yang
terjadi pada manusia sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun demikian, ini tidak
berarti manusia menyerah begitu saja, dan mengharapkan sesuatu tanpa ikhtiar
dan usaha sungguh-sungguh. Manusia harus tetap berusaha mengejar cita-citanya
melalui perjuangan sebagai suatu sunatullah. Namun hasilnya harus dikembalikan
kepada Allah.
Selanjutnya
potongan ayat al-adzi khalaqal mauta wal
hayata, maksudnya adalah bahwa Dia-lah Allah yang menentukan hidup dan mati
melalui batas-batas yang tidak dapat dilampaui (mawaqit) dan tidak pula dapat diketahui melainkan hanya Dia saja
yang menghetahuinya.
Adapun
potongan ayat liyabluwakum ayyukum ahsanu
amala maksudnya adalah bahwa adanya hidup dan mati tersebut dtujukan untuk
member peluang kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang terbaik, dan
memberirikan kepada mereka, siapa di antaranya yang paling ikhlas amalnya, dan
kemudian mereka diberi balasan berdasar pada tingkat perbuatan yang
dilakukannya sewaktu di dunia ini, sehingga dapat diketahui apakah yang
dilakukannya sebagai perbuatan hati atau perbuatan anggota badan. Berkenaan
dengan ayat ini Rasulullah SAW menafsirkan ayat tersebut dengan ungkapan ayyukum ahsanu aqala siapakah di antara
mereka yng paling baik akalnya, sehingga ia lebih berhati-hati terhadap hal-hal
yang diharamkan Allah, dan bersegera dalam mentaati Allah.
Berdasarkan
penjelasan tersebut terlihat dengan jelas, bahwa di balik penjelasan Allah SWT
terhadap ciptaan dan kekuasaan-Nya itu adalah mengandung maksud agar manusia
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah. Hal ini sejalan pula
dengan misi utama dari kehadiran Al Qur’an, yaitu untuk membentuk akhlak yang
mulia yang berdasarkan kepada keimanan dan ketakwaan kepadanya.
B. Kandungan
Surat Al A’raf Ayat 54
“Sesungguhnya
Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Allah bersemayam di atas ‘Arsy. Allah menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat. Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta
alam.” (QS. Al A’raf: 54)
Allah
memberitahukan bahwa Allah adalah Rabb yang telah menciptakan alam ini: langit,
bumi dan juga seisinya dalam enam hari. Sebagaimana hal itu telah dijelaskan
oleh beberapa ayat di dalam Al Qur’an. Keenam hari itu adalah; hari Ahad,
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Di dalamnya-lah seluruh penciptaan diselesaikan
dan di dalamnya pula Adam AS diciptakan.
Para
ahli tafsir berbeda pendapat, apakah setiap hari dari keenam hari tersebut sama
seperti hari-hari yang ada pada kita sekarang ini ? Ataukah setiap hari itu
sama dengan seribu tahun, sebagaimana yang telah dinashkan oleh Mujahid dan
Imam Ahmad bin Hanbal. Dan hal itu diriwayatkan dari riwayat adh-Dhahhak dari
Ibnu ‘Abbas.
Sedangkan
hari Sabtu di dalamnya tidak terjadi penciptaan, karena ia merupakan hari
ketujuh. Dan dari itu pula hari itu dinamakan hari Sabtu, yang berarti
pemutusan/penghentian.
Adapun
hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata:
Rasulullah pernah menarik tanganku seraya bersabda:
“Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, Allah menciptakan gunung-gunung di bumi itu pada hari Ahad, menciptakan pepohonan di bumi itu pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang dibenci pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarluaskan binatang pada hari Kamis dan menciptakan Adam setelah Ashar pada hari Jum’at sebagai ciptaan terakhir pada saat paling akhir dari hari Jum’at, yaitu antara waktu Ashar sampai malam.”
“Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, Allah menciptakan gunung-gunung di bumi itu pada hari Ahad, menciptakan pepohonan di bumi itu pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang dibenci pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarluaskan binatang pada hari Kamis dan menciptakan Adam setelah Ashar pada hari Jum’at sebagai ciptaan terakhir pada saat paling akhir dari hari Jum’at, yaitu antara waktu Ashar sampai malam.”
Sedangkan
firman-Nya lebih lanjut: tsummas tawaa
‘alal ‘arsy (“Kemudian Allah bersemayam di atas ‘Arsy.”) Mengenai firman
Allah Ta’ala ini, para ulama mempunyai pendapat yang sangat banyak sekali. Di
sini bukan tempat pemaparannya. Tetapi dalam hal ini kami menempuh jalan para
ulama salafus shalih, yaitu Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin
Sa’ad, asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan imam-imam lainnya, baik yang
terdahulu maupun yang hidup pada masa berikutnya. Yaitu dengan membiarkannya
seperti apa adanya, tanpa adanya takyif
(mempersoalkan kaifiatnya/hakikatnya), tasybih
(penyerupaan) dan ta’thil
(penolakan).
Dan
setiap makna dhahir yang terlintas
pada benak orang yang menganut paham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan
makhluk), maka makna tersebut terjauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun
dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya. Seperti yang difirmankan-Nya yang
artinya berikut ini: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan
Allahlah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura: 11)
Tetapi
persoalannya adalah seperti apa yang dikemukakan oleh para imam yang di
antaranya adalah Na’im bin Hammad al-Khuza’i guru al-Bukhari, ia mengatakan:
“Barang siapa menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia kafir. Dan barang siapa
mengingkari sifat yang telah Allah berikan untuk diri-Nya sendiri, berarti ia
juga telah kafir.” Dan tidaklah apa-apa yang telah disifatkan Allah Ta’ala bagi
diri-Nya sendiri dan oleh Rasul-Nya merupakan suatu bentuk penyerupaan. Barang siapa
yang menetapkan bagi Allah, setiap apa yang disebutkan oleh ayat-ayat Al Qur’an
yang jelas dan hadits-hadits shahih, dengan pengertian yang sesuai dengan
kebesaran Allah, serta menafikan segala kekurangan dari diri-Nya, berarti ia
telah menempuh jalan petunjuk.
Dan
firman-Nya: yughsyil lailan nahaara
yathlubuhuu ha-tsii-tsan (“Allah menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat.”) Artinya, kegelapan malam menghilangkan cahaya
siang dan cahaya siang melenyapkan gelapnya malam. Masing-masing dari keduanya
mengikutinya dengan cepat, tidak ada yang terlambat satu dari yang lainnya.
Tapi jika salah satu pergi pasti yang lainnya akan muncul dan begitu
sebaliknya.
Oleh
karena itu, Allah Tabaaraka wa Ta ala berfirman: yathlubuhuu ha-tsii-tsaw wasy syamsa wal qamara wan nujuuma
musakhkharaa tim bi amrihi (“Yang mengikutinya dengan cepat. Dan (Allah
juga menciptakan] matahari, bulan dan bintang-bintang (yang masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya.”)
Di
antara para ulama ada yang menashabkan (membaca dengan harakat fathah) dan ada
juga yang merafa’nya (membaca dengan harakat dhammah). Keduanya mempunyai makna
yang berdekatan. Artinya, bahwa semuanya itu berada dalam kendali dan
kehendak-Nya. Oleh karena itu, Allah memperingatkan: alaa lahuu khalqu wal amru (“Ingatlah, mencipta dan memerintah itu
hanya hak Allah.”) Maksudnya, Allah mempunyai kekuasaan dan kendali. Tabaarakallaa hu rabbul ‘aalamiin (“Mahasuci
Allah, Rabb semesta alam.”)
- Kaitan Al Baqarah: 29 dan Al A’raf: 54 dengan Pendidikan.
Terjemahan surah
Al-‘Araf ayat 54 di atas mengandung sejumlah petunjuk penting tentang
penciptaan alam semesta. Ada 6 landasan ideal bagi pendidikan Islam salah satunya
adalah Al-Quran. Al-Quran sebagai pencerahan hidup manusia baik di dunia maupun
akhirat. Kaitannya dengan
pendidikan ialah dalam aspek materi
pendidikan. Al-‘Araf ayat 54 memberikan pencerahan bagi perkembangan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan ilmu pengetahuan umum (bidang Astronomi,
Fisika, dan Geografi). Surah tersebut
memberikan suatu dorongan bagi manusia untuk dapat mengembangkan kemampuan
ke-intelektualan mereka dalam mengungkap rahasia penciptaan alam semesta.
Al-‘Araf ayat 54 kami
katakan sebagai pencerahan bagi dunia science
internasional berdasarkan sejarah kaum
Materialisme pada abad ke-19 orang-orang berpendapat bahwa alam semesta itu
kekal, ia terdiri dari materi dengan ukuran tak hingga yang telah ada sejak
dahulu dan akan selalu ada. Mereka menolak keberadaan sang pencipta dan
menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir (faham materialisme dialektika Karl Marx).
Einstein pun juga berpandangan sama dengan kaum materialisme ini, menurutnya
pada mulanya alam ini tiada, kemudian sekitar 15 milyard tahun yang lalu, alam
tercipta dari ketiadaan. Dan hal ini sangat bertentangan dengan isi surah
Al-‘Araf 54. Alam semesta menurut Islam
adalah diciptakan pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konteks
ayat 29 surat Al Baqarah berbicara tentang penciptaan alam dalam rangka
memberikan peringatan kepada orang-orang yang fasik, yaitu mengapa mereka
sampai berbuat demikian, padahal mereka diciptakana oleh Allah dari kedaan tak
berdaya (mati), kemudian hidup (di dunia), kemudian mati lagi, dan hidup lagi
(di dalam kubur) dan selanjutnya mereka dikembalikan kepada Allag SWT. Selain
itu, Allah juga menciptakan segala apa yang ada di bumi dan di langit untuk
mereka . Dengan demikian, titik tekan ayat 29 surat Al Baqarah ini tidak
berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan lebih ditujukan untuk
menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia
berbuat ingkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana
tersebut di atas.
Allah
memberitahukan bahwa Allah adalah Rabb yang telah menciptakan alam ini: langit,
bumi dan juga seisinya dalam enam hari. Sebagaimana hal itu telah dijelaskan
oleh beberapa ayat di dalam Al Qur’an. Keenam hari itu adalah; hari Ahad,
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Di dalamnya-lah seluruh penciptaan
diselesaikan dan di dalamnya pula Adam AS diciptakan.
Kaitannya dengan pendidikan ialah dalam aspek materi pendidikan. Al-‘Araf ayat 54 memberikan
pencerahan bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan ilmu
pengetahuan umum.
B.
Saran
Perbanyak kembali referensi tafsir agar
bisa membandingkan pendapat dari para mufassir.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. 1985.
Yogyakarta: Sumber Ilmu.
Nata, Dr. Abuddin, MA. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. 2002. Depok
: PT. Rajagrafindo Persada
0 komentar:
Posting Komentar