BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latara Belakang
Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai
istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah
kurikulum muncul untuk pertama kalinya digunakan dalam bidang olahraga yang
membawa orang dari start sampai finish. Kemudian di gunakan dalam bidang
pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan.
Keutamaan mempelajari kurikulum bagi
seseorang yang menekuni dunia pendidikan adalah suatu kegiatan yang tidak boleh
terlewatkan, karena berbicara pendidikan berarti berbicara kurikulum di
dalamnya. Demikian halnya dengan pendidikan islam tentunya tedapat kurikulum di
dalamnya. Oleh karena itu, makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
terkait dengan kurikulum pendidikan islam sebagai salah satu materi yang harus
dikuasai dan dipahami dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari kurikulum pendidikan islam ?
2.
Apa saja
dasar-dasar kurikulum pendidikan islam ?
3.
Bagaimana
prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam ?
4.
Bagaimana
karakteristik dan komponen kurikulum pendidikan islam ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa pengertian dari kurikulum pendidikan islam.
2.
Untuk mengetahui
apa saja dasar-dasar kurikulum pendidikan islam.
3.
Untuk memahami
bagaimana prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam.
4.
Untuk memahami
bagaimana karakteristik dan komponen kurikulum pendidikan islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum Pendidikan Islam
Kata
“kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang
olahraga, yaitu currere yang berarti
jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dala kegiatan berlari mulai
dari start
hingga finish. Pengertian ini
kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah
“kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni
jalan yang terang, atau jalan terang dilalui oleh manusia pada bidang
kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang
dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. Al-Khauli (1981)
menjelaskan al-Manhaj sebagai
seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan yang diinginkan di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.[2]
Istilah
kurikulum kemudian digunakan untuk menunjukkan tentang segala mata pelajaran
yang dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua
kegiatan yang harus dilakukan anak. Akan tetapi, bila dibicarakan tentang apa
yang disebut experience curriculum atau
activity curriculum, maka hal itu
akan menyangkut masalah metode pendidikan.
Sesungguhnya
apa yang dimaksud dengan experience
curriculum dan activity curriculum itu, dalam
pengertian modern sekarang, termasuk kurikulum bukan termasuk metode, karena berkaitan
dengan penemuan pengalaman dan kegiatan peserta didik dalam proses belajar
mengajar. Pendekatan kata kurikulum bukan sekedar rangkaian ilmu pengetahuan
yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut juga semua hala yang
mempengaruhi proses belajar mengajar.
Pengertian
kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat berpariasi, tetapi
dari bebrapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada
yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan
pada proses atau pengalaman belajar.
Salah
satu tugas pokok filsafat pendidikan islam adalah memberikan kompas atau arah
dan tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan kependidikan yang hendak dicapai
harus direncanakan (diprogramkan) dalam apa yang disebut “kurikulum”.
Antara
tujuan dan program harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan yang harus
dicapai harus tergambar di dalam program yang tertuang di dalam kurikulum,
bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam
proses kependidikan.
Oleh
karena itu, kurikulum merupakan factor yang sangat penting dalam proses
kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan islam. Segala hal yang harus
diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu. Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara
berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi, kurikulum
menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan.
Di
dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus
diajarkan oleh pendidik (guru) kepada peserta didik, dan peserta didik
mempelajarinya, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang
dipandang perlu, karena mempunya pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan islam, misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata,
seni budaya, mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik,
sehingga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum.
Adapun
pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks islam inheren dengan
konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini
mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta
lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan islam:
informal, formal dan non formal.
Hasan
Langgulung merumuskan pendidikan islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
Dari
berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan islam. Menurut
Athiyah Al-Abrasy, pendidikan islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup
dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna
budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus,
profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya. Sedangkan Ahmad D. Marimba
memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran islam.
Sedangkan
menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan
sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara
bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu
adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu
”sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”. Jadi, definisi
pendidikan islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Oleh
karena itu, kurikulum pendidikan islam bisa diartikan
penemuan pengalaman dan kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang berdasarkan islam atau system pendidikan yang islami.[3]
penemuan pengalaman dan kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang berdasarkan islam atau system pendidikan yang islami.[3]
B. Dasar-dasar Kurikulum Pendidikan
Islam
Kurikulum
sebagai salah satu komponen pendidikan memiliki peranan penting dalam tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk itu,
kurikulum merupakan pedoman untuk memengaruhi dan membentuk proses pembelajaran.
Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan menyebabkan kegagalan suatu
pendidikan.
Herman
H. Horney memberikan dasar bagi penyusun kurikulum ada 3 macam, yaitu:
1. Dasar
Psikologis, digunakan untuk memenuhi dan mengetahui kemampuan yang diperoleh
dan kebutuhan peserta didik.
2. Dasar
Sosiologis, digunakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
3. Dasar
Filosofis, digunakan untuk mengetahui nilai yang akan dicapai.
Dasar kurikulum yang dipaparkan di atas masih belum
bisa untuk dijadikan sebagai dasar kurikulum pendidikan islam, karena dalam
pendidikan islam ada usaha-usaha untuk mentransfer dan menanamkan nilai-nilai
agama (Ilahiah) sebagai titik sentral
tujuan dan proses pendidikan islam. Oleh karena itu, Al-Syaibany memberikan
kerangka dasar yang jelas tentang kurikulum pendidikan islam, seperti yang
dipaparkan dibawah ini:
Dasar
ini hendaknya menjadi ruh dan target tertinggi dalam kurikulum. Dasar agama
dalam kurikulum pendidikan islam jelas harus diajarkan dengan berpedoman kepada
Al-Qur’an, Al-Hadits, Al-Sunnah, dan sumber-sumber yang bersifat furu’ lainnya.
2. Dasar
Falsafah
Dasar
ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara filosofis, sehingga
tujuan, isi, dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan
hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, baik
ditinjau dari segi ontology, epistemology, maupun aksiologi.
3. Dasar
Psikologis
Dasar
ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri
perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya,
memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perorangan antar satu peserta
didik dengan yang lainnya.
4. Dasar
Sosial
Dasar
ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan islam yang tercermin pada
dasar social yang mengandung ciri-ciri masyarakat islam dan kebudayaannya, baik
dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan adat kebiasaan,
seni dan sebagainya. Sebab, tidak ada suatu masyarakat yang tidak berbudaya dan
tidak ada suatu kebudayaan pun yang tidak berada pada masyarakat. Kaitannya
dengan kurikulum pendidikan islam yaitu sudah tentu kurikulum harus mengakar
terhadap masyarakat dan perubahan serta perkembangannya.
Dasar-dasar
diatas sekiranya dapat dijadikan sebagai landasan utama pendidikan islam.
Diharapkan kerikulum pendidikan islam dapat mengantarkan pendidikan islam pada
tujuan yang tepat.[4]
C. Prinsip-prinsip Kurikulum
Pendidikan Islam
Menurut Kilpatrick, suatu kurikulum yang baik perlu
didasarkan pada tiga prinsip, sebagai berikut:
1. Meningkatkan
kualitas hidup anak didik pada setiap jenjang sekolah.
2. Menjadikan
kehidupan actual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan
menyeluruh (all round living). Ia
dapat berkembang ke arah tingkat kehidupan masyarakat yang paling baik yang
harus diusahakan oleh sekolah yang tidak menghambat masyarakat serta
perkembangan kualitas yang tinggi dari hidup anak didik.
3. Mengembangkan
aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah,
sehingga anak didik mampu berkembang dalam kemampuannya yang actual untuk aktif
memikirkan hal-hal baru yang baik diamalkan. Dengan demikian ia dapat
mempertanggungjawabkan atas apa yang diperbuat secara kecakapan efektif untuk
mengamalkannya secara bijaksana melalui pertimbangan yang matang.
Apabila kurikulum yang didasarkan ketiga prinsip
tersebut dapat dirumuskan menjadi program pengajaran di sekolah, maka sudah
pasti sekolah akan mampu menghasilkan manusia paripurna. Prinsip-prinsip inilah
yang disebut dengan emerging curriculum
(kurikulum yang mendorong anak didik untuk maju).
Prinsip-prinsip dalam pendidikan islam
tentang penyusunan kurikulum menghendaki keterkaitannya dengan sumber pokok
agama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, di mana dan kapan pun lembaga pendidikan
itu ada. Prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah dan diperintahkan Rasulullah
berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar dalam kurikulum tersebut.
1. Firman
Allah SWT.:
Carilah
segala apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu mengenai kehidupan di akhirat
dan janganlah kamu melupakan nasib kehidupanmu di dunia dan berbuatlah kebaikan
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. (QS.
Al-Qashash: 77).
2. Sabda
Rasulullah SAW.:
Barang
siapa yang menginginkan dunia (kebahagiaan hidup di dunia), maka hendaklah ia
menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki akhirat (kebahagiaan hidup di
akhirat), hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki
keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu keduanya (Hadits
Nabi).[5]
D. Karakteristik dan Komponen-komponen
Kurikulum
Secara umum, karakteristik kurikulum pendidikan
islam ialah pencerminan islami yang dihasilkan dari pemikiran berfilsafat dalam
seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam prakteknya. Konsep inilah
yang membedakan kurikulum pendidikan islam dengan kurikulum pendidikan pada
umumnya.
Menurut Al-Syaebany, karakteristik kurikulum
pendidikan islam yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum
pendidikan islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. Agama dan
akhlak itu harus berpedoman pada Al-Qur`an dan Al-Hadit serat contoh-contoh
dari tokoh terdahulu yang saleh.
2. Kurikulum
pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat,
dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
3. Kurikulum
pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi
siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan
menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata pelajaran yang lebih banyak, sesuai
dengan tujuan pembinaan setiap aspek. Oleh karena itu, di perguruan tinggi terdapat
mata kuliah seperti ilmu-ilmu Al-Qur`an termasuk Tafsir dan Qiro`ah serta mata
pelajaran lainnya.
4. Kurikulum
pendidikan islam juga memperhatikan seni halus seperti ukir, pahat,
tulis-indah, gambar dan sejenisnya. Dan juga memperhatikan pendidikan jasmani,
latihan militer, teknik, keterampilan dan bahasa asing. Hal itu diberikan
kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan kebutuhan.
5. Kurikulum pendidikan islam mempertimbangkan
perbedaan kebudayaan yang sering terdapat di tengah masyarakat (manusia) karena
perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman. Oleh sebab itu, kurikulum dirancang
sesuai dengan kebudayaan yang berkembang seiring bergantinya zaman.
Apabila
ditinjau lebih khusus lagi, kurikulum pendidikan islam memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Dalam
kurikulum pendidikan islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak didik untuk
bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dianut harus berasal dari ajaran islam
2. Kurikulum
harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki
keyakinan kepada Tuhan
3. Kurikulum
yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan berlandasankan kepada
Al-Qur`an dan Al-Hadits
4. Mengarahkan
minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akliah peserta didik serta
keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan yang konkret
5. Pembinaan
akhlak peserta didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntunan islam
6. Tidak
ada batasan untuk kurikulum, karena ciri khas kurikulum islam senantiasa
relevan dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya didalam kehidupan masyarakat.
Beberapa ciri-ciri kurikulum pendidikan islam yang
telah disebutkan diatas, dapat dipahami bahwa kurikulum pendidikan islam
menekankan aspek spiritual tinggi dan akhlak yang mulia.
Adapun komponen-komponen kurikulum pendidikan islam
yang disebutkan oleh Ahmad Tafsir (2008) adalah tujuan pendidikan, isi atau
mata pelajaran, metode atau proses dalam kegiatan belajar mengajar dan
evaluasi.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan
materi yang telah dipaparkan oleh penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum
pendidikan islam adalah segala mata pelajaran yang dipelajari
dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang harus
dilakukan anak termasuk juga pengalaman yang memiliki dasar, prinsip, komponen
serta karakteristik yang menekankan aspek spiritual tinggi dan akhlak yang
mulia.
B.
Saran
Dalam memahami materi tentang kurikulum pendidikan
islam hendaknya di perlukan berbagai macam literature untuk bisa lebih memahami
dengan baik materi tersebut.
[1] Rudini, http://contohmakalah28.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-kurikulum
pendidikan.html. Diakses pada Minggu, 26 Februari 2017 pukul 22.00 WITA
[2]
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005) hal 1-2
[3] Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Setia. 2001) hal 3-5
[5]
Ibid, hal 30
[6]
Ibid, hal 40
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin copas buat tugas
BalasHapus