This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 Desember 2016

Sifat-sifat Dua Segitiga Sebangun dan Kongruen



SIFAT-SIFAT DUA SEGITIGA SEBANGUN DAN KONGRUEN

          A.    Sifat-sifat Segitiga Sebangun



Diketahui ΔABC sebangun dengan ΔKLM. Untuk membuktikan kesebangunan kedua segitiga tersebut, bandingkan sisi-sisi dan sudut-sudut yang bersesuaian. Untuk membandingkan sisi–sisi yang bersesuaian (seletak), perhatikan sisi di depan sudut yang berukuran sama. Dari gambar di atas, perbandingan sisi yang bersesuaian pada segitiga ABC dan KLM yaitu:
BCLM=CAMK=ABKL
a2a=b2b=c2c=12
Selain itu, dari sudut-sudut yang bersesuaian diperoleh:
ACB=KML
CAB = MKL
Ini berarti,
ABC = KLM
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Sifat–sifat segitiga yang sebangun
1.       Sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang senilai.
2.       Sudut–sudut yang bersesuaian sama besar.
Untuk memeriksa kesebangunan pada segitiga, lakukan pengujian terhadap unsur-unsur yang diketahui berdasarkan syarat-syarat kesebangunan segitiga pada tabel di bawah ini.


           B.     Sifat-sifat segitiga kongruen

         

1.      Ketiga sisi bersesuaian sama panjang ( sisi, sisi, sisi )
Dua segitiga akan kongruen  jika ketiga sisi pada segitiga pertama sama panjang dengan ketiga sisi yang bersesuaian pada segitiga yang kedua. (sisi, sisi, sisi)
2.      Dua sisi sama panjang dan satu sudut sama besar (sisi, sudut, sisi )
Dua segitiga akan kongruen  jika dua sisi pada segitiga pertama sama panjang dengan dua  sisi yang bersesuaian pada segitiga yang kedua, dan kedua sudut apitnya sama besar. (sisi , sudut, sisi )
3.      Satu sisi sama panjang dan dua sudut sama besar  (sudut, sisi, sudut)                            
Dua segitiga akan kongruen  jika dua sudut pada segitiga pertama sama besar  dengan dua sudut  yang bersesuaian pada segitiga yang kedua, dan sisi yang  merupakan kaki persekutuan kedua sudut sama panjang (sudut, sisi, sudut )


Sumber :
https://d14fikpiqfsi71.cloudfront.net/media/W1siZiIsIjIwMTUvMDgvMjgvMDEvMTIvNDQvNDVlOWQ3NmQtYmRiMy00OWNkLWI3YmMtNThiYzI5MzM4MzNkL20yLlBORyJdLFsicCIsInRodW1iIiwiNjAweFx1MDAzZSIse31dXQ.PNG?sha=266cb87d632f5f9b





Selasa, 06 Desember 2016

Rumus-rumus Integral

RUMUS-RUMUS INTEGRAL KALKULUS II 
1.1 Definisi Integral Tak Tentu (Indefinite Integral)

Jika  maka y adalah fungsi yang mempunyai turunan f(x)dan disebut anti turunan
(antiderivate) dari f(x) atau integral tak tentu dari f(x)yang diberi notasi  . Sebaliknya, jika
 karena turunan dari suatu konstanta adalah nol, maka suatu integral tak tentu 
mempunyai suku konstanta sembarang.
1.2 Rumus-rumus Integral Tak Tentu

1.3 Definisi Integral Tentu
Andaikan f(x) didefinisikan dalam selang  Selang ini dibagi menjadi n bagian yang sama 

panjang, yaitu Maka integral tentu dari f(x) antara x = a dan x =b didefinisikan 
sebagai berikut:
Limit ini pasti ada jika f(x) kontinu sepotong demi sepotong jika
maka menurut dalil pokok dari kalkulus integral, integral tentu diatas dapat dihitung dengan 
rumus :

1.4 Rumus-rumus Integral tentu


dengan k sebagai konstanta sembarang.



1.5 Integral Parsial

Prinsip dasar integral parsial :
  1. Salah satunya dimisalkan U
  2. Sisinya yang lain (termasuk dx) dianggap sebagai dv

Sehingga bentuk integral parsial adalah sebagai berikut : 



2.1 Beberapa Aplikasi dari Integral

a. Perhitungan Luas suatu kurva terhadap sumbu x





b. Menghitung luas diantara dua buah kurva

c. Menghitung volume benda putar yang diputar terhadap sumbu koordinat


 

Minggu, 04 Desember 2016

Landasan-landasan Filsafat

A. Ontologi

 Pembicaraan tentang Ontologi berkisar pada persoalan bagaimanakah kita menerangkan tentang hakekat dari segala sesuatu? Perbincangan tentang hakekat berarti tentang kenyataan yang sebenarnya, bukanlah kenyataan semu ataupun kenyataan yang mudah berubah-ubah. Para filosof terutama era klasik dan pertengahan berbicara mengenai pengertian apa itu Ontologi? Secara etimologi, Ontologi berasal dari kata Yunani, On=being, dan Logos=logic. Sehingga Ontologi dapat dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ia berusaha mencari inti dari setiap kenyataan. (Muhajir, 2001: hlm. 57)
Bagi Sidi Gazalba Ontologi adalah dasar dari Filsafat yang membahas tentnag sifat dan keadaan terakhir dari suatu kenyataan. Sebab itulah Ontologi disebut pula sebagai ilmu hakikat. Sementara itu, Amtsal Bakhtiar menyimpulkan bahwa Ontologi tidak lain adalah “Ilmu yang membahastentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak” (Bakhtiar, 2009: hlm.134)
 
Dalam perbincangannya, seringkali Ontologi dihubungkan dengan Metafisika, yakni cabang ilmu dalam filsafat yang berbicara mengenai keberadaa (being) dan eksistensi (existence). Untuk memperjelas keberadaan keduanya, Christian Wolf, sebagaimana dikutip oleh Rizal Mustansyir, membagi Metafisika menjadi dua, yakni Metafisika Umum atau Ontologi yang membahas tentang hal “Ada” (being) dan Metafisika khusus yaitu Psikologi (bicara hakikat manusia), Kosmologi (bicara asal-usul semesta) dan Teologi (bicara keberadaan Tuhan). (Mustansyir dan Munir, 2009: hlm. 12)
Pemikiran Ontologi (Metafisika Umum) yang berkisar pada hakikat dari yang Ada, telah mengelompokkan para filosof dalam beberapa kelompok, di antaranya;
Monisme; yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel adalh penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.
b. Dualisme; kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yang spirit dan jasad. Asal yang materi berasal dari yang ruh, dan yang ruh berasal dari yang materi. Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
Pluralisme; kelompok ini berpandangan bahwa hakikat kenyataan ditentukan oleh kenyataan yang jamak/berubah-ubah. Filosof Klasik, Empedokles, adalah tokoh Pluralis yang mengatakan bahwa kenyataan tersusun oleh banyak unsur (tanah, air, api, dan udara). Tokoh Pragmatisme, William James juga seorang Pluralis yang berpendapat karena pengalaman kita selalu berubah-ubah, maka tidak ada kebenaran hakiki kecuali kebenaran-kebenaran yang selalu diperbarui oleh kebenaran selanjutnya.
Nihilisme; kelompok Nihilis diprakarsai oleh kaum Sofis di era Klasik. Mereka menolak kepercayaan tentang realitas hakiki. Realitas, menurut mereka adalah tunggal sekaligus banyak, terbatas sekaligus tidak terbatas, dan tercipta sekaligus tidak tercipta. Selain tokoh Sofis, Friedrich Nietzsche adalah tokoh filosof Eropa yang sangat bernuansa Nihilisme, hingga ia meniadakan keberadaan Tuhan “Allah sudah mati”
e. Agnostisisme; pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya. (Bakhtiar, 2009: hlm. 135-48)
 
B. Epistemologi

 Epistemologi adalah landasan ilmu yang mempersoalkan hakikat dan ruang lingkup dari pengetahuan. Ia berasal dari istilah Yunani “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang artinya teori; jadi epistemologi secara terminologi dapat dipahami sebagai teori tentang pengetahuan. Epistemologi mempertanyakan berbagai persoalan seputar pengetahuan, seperti: Apa sumber pengetahuan dan dari mana pengetahuan itu didapatkan? Apa sifat dasar dari pengetahuan? Serta apakah pengetahuan itu benar, atau bagaimanakah kita membedakan yang benar dari pengetahuan salah?
 
Secara general, aliran dalam Epistemologi terbagi menjadi dua, pertama Rasionalisme atau Idealisme, dan kedua Empirisme atau Realisme. Yang pertama menekankan pada pentingnya peran ‘akal’ dan ‘idea’ sebagai sumber ilmu pengetahuan, sedangkan panca indera dinomorduakan. Sedangkan aliran kedua berbicara tentang penekanan ‘indera’ dan ‘pengalaman’ sebagai sumber sekaligus alat dalam memperoleh pengetahuan. Kedua kelompok ini saling bersitegang, hingga munculnya aliran ketiga, yaitu Rasionalisme Kritis yang menekankan adanya kategori sintesis yakni perpaduan antara kedua sumber pengetahuan (akal dan rasio) dalam sebuah ilmu pengetahuan. (Abdullah,dkk, 1995)
Obyek Material dari Epistemologi adalah pengetahuan itu sendiri, sedangkan hakikat pengetahuan adalah obyek formal yang menjadi pembahasan inti dari Epistemologi. Secara umum dapat dikatakan bahwa epistemologi membahas apa yang disebut sebagai pengetahuan dan ‘kebenaran ilmiah’ dari pengetahuan tersebut, yang membedakannya dengan pengetahuan karena ‘kepercayaan’, yang disebut Mustansyir sebagai pengetahuan nir-ilmiah.
 
Dari karakteristik dasarnya, suatu pengetahuan dapat dibedakan menjadi setidaknya empat pengetahuan, yakni:
Pengetahuan indrawi; adalah pengetahuan yang didapatkan melalui indera (sense) atau pengalaman (empiric).
Pengetahuan akal budi; adalah pengetahuan yang didapatkan melalui pendasaran rasio atau pemikiran.
Kedua pengetahuan diatas, disebut sebagai dasar dari pengetahuan ilmiah. Berbeda dengan keduanya, dua pengetahuan terakhir seringkali dipertanyakan kadar ke-ilmiah-an nya. Yakni:
Pengetahuan intuitif; pengetahuan yang didapatkan dari kesadaran akan pengalaman langsung, melalui intuisi. Beberapa filosof Islam menekankan pengetahuan ini, seperti Ilmu Hudluri a-la Suhrawardi dan Mulla Sadra (Iran)
Pengetahuan Kepercayaan; adalah pengetahuan yang didapatkan dari otoritas atau profesionalitas seorang tokoh atau sekelompok orang. Pengetahuan yang didapatkan dari doktrin agama biasanya dimasukkan ke dalam pengetahuan jenis ini. (Mustansyir dan Munir, 2009)

 C. Aksiologi

 Aksiologi, secara etimologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Sehingga Aksiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang menjadikan kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai sebagai problem bahasannya. Nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah “Sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai” (Bakhtiar, 2009) Dengan demikian, obyek formal dari Aksiologi adalah nilai itu sendiri.
Dari pengertian terminologi di atas, pembahasan Aksiologi terdiri atas beberapa faktor penting di dalamnya.
 
Pertama, Aksiologi membahas tentang kodrat suatu nilai, atau dengan kata lain pertama-tama Aksiologi membicarakan apa hakikat terdalam dari suatu nilai. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para filosof memiliki jawaban beragam. Misalnya, Spinoza menganggap bahwa nilai berasal dari ‘keinginan’, Immanuel Kant melihat nilai berasal dari keinginan akal budi murni, sedangkan Hobbes berujar bahwa nilai adalah entitas yang didasarkan atas keinginan manusia untuk menang (survival of the fittest) sedangkan kaum Pragmatis seperti William James melihat nilai berasal dari relasi antara sesuatu (hal/benda) dengan tujuan praktis kehidupan manusia.
Kedua, Aksiologi memperdebatkan perbedaan jenis dari suatu nilai. Secara umum, pemikiran tentang perbedaan jenis membedakan nilai dari yang intrinsik, yaitu nilai yang berada di dalam diri suatu benda (atau peristiwa) dan nilai yang instrumental, yaitu nilai yang muncul hanya karena entitas/sifat tersebut dilekatkan pada suatu benda (atau peristiwa). Secara sederhana, keduanya dapat dimisalkan pada nilai alat pemotong dari sebuah pisau disebut sebagai nilai intrinsik, sedangkan alat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh adalah nilai instrumental yang hanya akan muncul jika dilekatkan pada sebuah pisau.
 
Ketiga, Aksiologi juga berbicara pada kriteria dari suatu nilai, yakni kadar ukuran yang digunakan untuk meletakkan nilai pada suatu benda atau peristiwa. Bagi kaum Positivis kadar keobjektifan suatu tindakan atau suatu pemikiran menjadi ukuran nilai suatu peristiwa. Sedangkan seorang Hedonist melihat kesenangan manusia adalah nilai tertinggi yang ingin didapatkan manusia. Sedangkan seorang penganut intuitif melihat pengalaman langsung sebagai kadar paling tinggi dari sebuah tindakan manusia.
 
Terakhir, Aksiologi berbicara mengenai status metafisik suatu nilai. Yakni bagaimana hubungan antara nilai dan fakta yang diamati. Dalam hal ini terdapat tiga perbedaan pandangan tentang nilai.
Subjektivisme, yang berpandangan bahwa suatu nilai berhubungan erat dengan pengalaman manusia. Contohnya adalah pendapat kaum Hedonis yang berpandangan jika seorang konglomerat menghabiskan uangnya dianggap tepat (atau baik) selama itu bermanfaat langsung dalam memenuhi rasa senangnya.

 Obyektifisme Logis; berpandangan bahwa hakikat suatu nilai terdapat pada konsekuensi logisnya, walaupun tanpa disertai hubungan langsung dengan suatu pengalaman. Misalnya, menghabiskan uang (milik sendiri) bagi kesenangan hidupnya, pada hakikatnya adalah buruk. Meski tanpa menghambur-hamburkan uang tersebut, seorang konglomerat dapat memahami secara logis bahwa tindakan tersebut adalah buruk.

 Obyektifisme Metafisik; melihat suatu nilai sebagai bagian integral dari kenyataan metafisik. Bagi penganut Objektifis Metafisik, menghambur-hamburkan uang (walau milik sendiri) hanya demi kesenangan semu adalah semata-mata tindakan yang buruk. (Mustansyir dan Munir, 2009)
Dalam perjalanannya, Aksiologi atau ilmu tentang nilai terbagi menjadi beberapa disiplin, yakni Etika dan Estetika. Beberapa filosof memasukkan pula Logika sebagai bagian dari Aksiologi. Etika adalah cabang Aksiologi yang mengkhususkan pembahasan pada asas nilai baik dan buruk. Etika disebut pula Filsafat Moral. Sedangkan Estetika adalah bidang Aksiologi yang mengkhususkan diri pada pembahasan asas-asas nilai indah dan yang tidak indah (buruk). Sedangkan Logika memfokuskan obyek formalnya pada hal yang salah dan benar dari suatu pernyataan.
 

Pengertian Filsafat

PENGERTIAN FILSAFAT

Image result for pengertian filsafat
Menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

 
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .

Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
 Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 

Knowledge

Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat. ( al-Mujadalah : 11 )
Tuntulah ilmu pengetahuan itu mulai dari buaian, sampai keliang lahat. ( Hadits )

Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab ilmu warisan para nabi adapun harta adalah warisan Qorun, Firaun dan lainnya. Ilmu lebih utama dari harta karena ilmu itu menjaga kamu, kalau harta kamulah yang menjaganya. (Ali bin Abi Thalib )

Bukanlah kebaikan itu dengan banyaknya harta dan anak, tetapi dengan banyaknya ilmu, besarnya kesabaran, mengungguli orang lain dalam ibadahnya, apabila berbuat kebaikan ia bersyukur dan bila berbuat salah (dosa) ia beristighfar kepada Allah. (Ali bin Abi Thalib )

Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal yaitu cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru dan dalam waktu yang lama. ( Ali bin Abi Thalib )

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. ( Ali bin Abi Thalib )

Allah tidak mewajibkan orang-orang yang bodoh untuk menuntut ilmu kecuali terlebih dahulu mewajibkan orang-orang yang berilmu untuk mengajar. ( Ali bin Abi Thalib )

Kami rela Allah membagikan ilmu untuk kami dan membagikan harta untuk musuh kami. Harta akan binasa dalam waktu singkat dan ilmu akan abadi dan tidak akan musnah. ( Ali bin Abi Thalib )

Dengan kecerdasan jiwalah manusia menuju arah kesejahteraan. ( Ki Hajar Dewantara )

Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa. ( Al- Ghazali )

Hendaklah kamu semua mengusahakan ilmu pengetahuan itu sebelum dilenyapkan. Lenyapnya ilmu pengetahuan ialah dengan matinya orang-orang yang memberikan atau mengajarkannya. Seorang itu tidaklah dilahirkan langsung pandai, jadi ilmu pengetahuan itu pastilah harus dengan belajar. ( Ibnu Mas’ud r.a )

Yang paling saya takutkan atas umat ini ialah orang munafik yang berilmu. ( Umar bin Khattab )

Ditimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada. Maka beratlah tinta para ulama daripada darah para syuhada. ( Hasan al-bashri )

Tidaklah sekali-kali aku bertukar pikiran dengan seseorang dengan tujuan aku lebih suka ia salah. ( Imam Syafi’i )

Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan, belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh sesorang yang bukan penakut. ( Anwar Fuadi )

Bencana akibat kebodohan adalah sebesar-besar musibah seorang manusia. ( al-Ghazali )

Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta. ( Albert Einstein )
Baca Juga :
 
href="http://www.duniakata.com/2014/07/kumpulan-kata-bijak-albert-einstein.html" target="_blank">Kumpulan Kata Bijak Albert Einstein

Ilmu pengetahuan itu tidak akan memberikan sebagian dirinya kepadamu sampai engkau memberikan seluruh dirimu kepadanya. ( pepatah )

Orang tidak mungkin mencapai tigkat muttaqien, apabila tidak berilmu, dan apa guna ilmu apabila tidak dibuktikan dalam perbuatan. ( Abu Darda )

Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, shalat dan berjihad. Karena apabila mati orang berilmu, maka terdapatlah kekosongan dalam islam yang tidak dapat ditutup selain oleh penggantinya yaitu orang berilmu juga. ( Umar bin Khattab )

Ilmu pengetahuan hanya bergerak dengan lambat, merangkak dari satu titik ke titik lainnya. - Alfred Tannyson

Tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu

Saat anda memiliki ilmu, anda harus mengajarkannya kepada orang lain.

Saat anda memiliki ilmu, gunakanlah ia untuk menciptakan sesuatu.

Ilmu adalah senter yang menerangi jalan kehidupan yang gelap.

Jadilah orang berilmu, agar anda, keluarga anda, dan lingkungan anda menjadi lebih baik.

Tidak ada kata berhenti untuk menuntut ilmu, karena setiap saat sampai kita meninggal kita selalu membutuhkan ilmu

Jika anda berhenti menuntut ilmu, maka anda akan tertinggal dengan orang lain.

Menuntut ilmu harus setiap saat. Tapi kita tidak harus sekolah terus menerus. Saat bekerjapun kita bisa memetik sebuah pengetahuan.

Motivasi untuk menuntut ilmu harus selalu dikembangkan, karenatanpa motivasi kuat, menuntut ilmu sangat berat. Tapi dengan motivasi yang tepat, menuntut ilmu akan terasa ringan, bahkan sangat ringan.

Jika anda selalu gagal melakukan sesuatu, itu artinya ada ilmu yang belum anda ketahui, tapi harus anda ketahui.

Jika harus memilih antara ilmu dan harta, maka pilihlah ilmu. Karena ilmu yang tepat bisa melahirkan harta.

Jika orang-orang dulu malas menuntut ilmu, maka kita masih berkeliaran dihutan berburu hewan dengan batu sebagai pisau.

Kita merasakan teknologi berkembang pesat. Renungkanlah bahwa hal itu tak akan tercipta tanpa peran orang-orang berilmu.

Jika engkau memiliki kekayaan, maka sisipkanlah sebagian untuk menuntut ilmu. Karena itu adalah investasi terbaik.

Jika ada seseorang berinvestasi tanpa didasari sebuah ilmu, jika dia untung, itu karena faktor keberuntungan semata.

Ilmu tak akan anda peroleh dengan bermalas-malasan.

Banyak orang belajar keras saat di sekolah, tapi melupakan semuanya saat dewasa. Siapaun anda, belajarlah untuk “tidak melupakan ilmu mu”.

Semakin anda sombong dan merasa sudah banyak tahu, semakin anda terperosok kedalam jurang kebodohan.

Jika anda merasa sudah sangat pintar, artinya sudah lama anda tidak memperlajari sebuah bidang ilmu yang baru. Semakin banyak yang anda tahu, semakin anda merasa banyak hal yang tidak anda ketahui.

Jika ilmu ditarik dimuka bumi ini, maka manusia adalah ‘hewan’ paling lemah diantara semuanya

Seandainya semua hewan di dunia ini secerdas manusia, mampukah kita mengalahkan semut yang jumlahnya 1 juta kali lebih banyak.

Jika anda tidak merasa kalau ilmu itu “penting”. Saya yakin anda bukanlah tokoh-tokoh besar.

Ilmu tidak terbatas pada pelajaran -pelajaran yang telah anda pelajari di sekolah atau di kampus. Tapi jauh lebih luas.

Satu-satunya perlindungan terbaik menghadapi hari-hari susah adalah memperbanyak ilmu di saat-saat mudah.

Jika anda memiliki waktu kosong maka gunakanlah untuk merenung (mencari ilmu). Sebenarnya anda telah mengumpulkan banyak informasi dasar, yang bisa dijadikan pengetahuan baru.